Mimpi (dream) menurut wikipedia adalah pengalaman bawah sadar (dst), pengalaman yang harus dijalani oleh seseorang ketika sedang terlelap dalam tidur. Ketika seseorang dalam keadaan tidur, maka semua indera dan beberapa organ tubuh yang kita miliki akan beristirahat, kecuali beberapa organ vital, jantung dan otak. Mimpi bersifat eksklusif, artinya tidak ada mimpi yang sama terjadi pada orang yang berbeda, kecuali keadaan yang tidak lazim dan karena kuasa Alloh.
Mimpi dalam literatur jawa dikategorikan menjadi tiga jenis, titinyoni, gondhonyoni dan puspo tajem. Pengkategorian ini dibuat berdasarkan jam dan waktu seseorang mengalami mimpi, dan orang yang mengalaminya adalah orang biasa, artinya dia bukan orang yang soleh atau dekat dengan Alloh.
Mimpi orang biasa atau kebanyakan ini kadang diartikan atau dimaknai dengan cara yang berbeda-beda. Bahkan untuk memaknai sebuah mimpi, mereka harus berkonsultasi atau bertanya pada orang yang dianggap mampu memaknai sebuah mimpi. Mimpi orang biasa atau kebanyakan ini kadang diartikan atau dimaknai dengan cara yang berbeda-beda. Kadang dalam proses ini mereka yang terlibat menomorduakan kuasa Alloh. Mereka lupa bahwa mimpi terjadi ketika kesadaran indera kita hilang, dan ketika itu terjadi maka beberapa kejadian yang biasa kita terima melalui indera menjadi tidak valid untuk dimaknai (dianalisa).
Dalam Al-Qur'an saya mencoba mengutip bahwa Nabi Yusuf AS menakwilkan mimpi tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk yaitu negara mesir akan diserang bahaya rawan pangan selama tujuh tahun, sehingga hasil pertanian tujuh tahun sebelumnya iitu akan habis digunakan pada masa pailit selama tujuh tahun. Adapun orang yang membawa roti lalu dimakan burung, artinya ia akan dibunuh dan dagingnya akan habis dimakan burung, sedangkan yang mimpi memeras anggur, ia akan diangkat menjadi pelayan istana pada istana Fir’aun untuk membagi-bagikan minuman. Dan ternyata hal itu mejadi kenyataan (QS : Yusuf : 34 – 35 ). Tentu saja seorang nabi tidak dapat disejajarkan dengan manusia biasa karena amalannya, sehingga beberapa riwayat hadistpun diberitakan tentang bagaimana pendapat Rosululloh SAW tentang sebuah mimpi, dan maaf kajian yang terkait mimpi berdasarkan literatur Islam tidak dapat saya uraikan lebih lanjut karena keterbatasan saya.
Dari uraian diatas, ada beberapa hal yang sebetulnya masih harus didalami berkait tentang mimpi, yang tidak boleh dilupakan orang adalah fakta bahwa otak dan jantung kita tidak pernah tertidur (kecuali dalam keadaan mati). Dengan demikian, mimpi sebetulnya sangat terkait dengan organ otak kita, sedangkan jantung memiliki fungsi mengalirkan darah kesemua organ didalam tubuh kita. Otak yang bekerja sebagai pembuat keputusan atas segala fungsi organ juga miliki fungsi merekam semua kejadian yang pernah dialami tubuh kita. Sehingga ada beberapa pendapat ahli mengatakan bahwa mimpi itu sebetulnya merupakan rangkaian kejadian yang pernah dialami dan disajikan lagi dengan pengaruh ego dalam diri. Sehingga hal ini yang berkait dengan mimpi tidak perlu dimaknai atau ditafsirkan secara berlebihan. Bagaimana mimpi yang mempertemukan kita dengan orang yang sudah meninggal dan pertemuan pada lingkungan yang sama sekali belum pernah kita lalui dalam hidup sehari-hari? Sebuah pertanyaan yang jawabannya akan sangat sulit sekali kecuali "itulah kuasa Alloh"
Mungkin muncul juga pertanyaan, dimana jiwa kita saat tertidur?, jiwa bukanlah roh, sehingga kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa saat kita bermimpi, jiwa kita kembali kepada Alloh, akan menjadi sebuah perdebatan yang mengarah pada debat 'kusir'. Jiwa tetaplah dekat dengan raga kita, karena jiwa dan raga merupakan satu paket dari Alloh sebagai syarat kita hidup di dunia dengan roh(ruh) yang 'ditiupkan' oleh Alloh.
"Panjang ceritanya" jika kita harus memaknai sebuah mimpi, saran saya, karena mimpi bersifat ekslusif, ada baiknya setiap kita bermimpi maka ketika terbangun dari tidur buatlah sebuah catatan, dan teruslah mencatat kejadian setelah kita bermimpi. Hingga kita dapat memahami diri kita sendiri berkait tentang mimpi, apakah itu pengulangan memori atau pesan dari sang ilahi kepada diri kita karena kuasa Alloh itu tidak dapat dibatasi. Terima kasih telah membaca artikel ini.
"Panjang ceritanya" jika kita harus memaknai sebuah mimpi, saran saya, karena mimpi bersifat ekslusif, ada baiknya setiap kita bermimpi maka ketika terbangun dari tidur buatlah sebuah catatan, dan teruslah mencatat kejadian setelah kita bermimpi. Hingga kita dapat memahami diri kita sendiri berkait tentang mimpi, apakah itu pengulangan memori atau pesan dari sang ilahi kepada diri kita karena kuasa Alloh itu tidak dapat dibatasi. Terima kasih telah membaca artikel ini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.